Semua orang punya cerita yang terpaut
dengan letak dimana mereka berada. Tulisan ini bukan ingin menyudutkan ,
melainkan memetik pelajaran pahit dari kisah-kisah tragis tersebut agar kita
semakin rendah hati menyikapi perjalanan hidup itu sendiri.
Kisah nyata ini kudapatkan, ketika
aku berada di JAKARTA. Kota paling komplit dengan gemuruhnya peristiwa. Dari
pengemis hingga pengendara mobil seharga 5 Milyar.
Tak nanti kisah nyata tragis begini,
diharapkan oleh siapapun. Oleh karenanya, marilah berhati-hati dalam meniti
perjalanan hidup ini. Begitu kata temanku !
Desember 2004, terjadi pergantian
pejabat berskala besar, dalam ruang lingkup sebuah direktorat yang aku juga ada
di sana.
Tidak ada pesta apapun, untuk
menyambut pejabat baru dan pejabat lama, yang akan pergi.
Begitu minggu pertama setelah
pelantikan jabatan,para pejabat baru telah aktif dipos masing-masing. Dari
jendela lantai dua tempatku merumput, aku melihat sebuah sedan hitam Daewo 2000cc.
Dalam hatiku ingin sekali, jika aku juga
punya kendaraan seperti itu. Tetapi mengingat aku tak kenal jalur jalan di
Ibu-kota, maka kuputuskan dengan satu kata “ TIDAK “.
Minggu pertama berjalan hingga hari
Jum’at, dengan tenang. Tetapi pada hari Senin minggu kedua, terlihatlah
pemandangan mengerikan dibawah sana. Waktu itu, aku hendak duduk dikursiku,
tetapi kusempatkan menyibakkan kain gordyn untuk melihat kebawah.
Nun dibawah sana, terlihatlah sebuah sedan
Daewo 2000 warna hitam, tergolek dihalaman belakang gedung kantorku, sudah
terbelah menjadi dua. Bagian depan hingga persis di depan jok pengemudi, telah
terbelah hingga menyerupai huruf “U”.
Dalam hati bertanya, bagaimana nasib
pengemudinya? Dan pada hari senin itu
juga, si pemilik memang tidak masuk kerja.
Aku menduga, setidaknya si pengemudi
pasti terluka dalam benturan super keras tersebut. Wow…..Jakarta telah makan
banyak korban ruponyo…
Dari kejadian itu, aku bersukur bahwa
aku tak mengendarai mobil sendiri ketika harus tinggal di Jakarta. Lebih baik
buang gengsi sedikit, naik taxi atau Bajay. Jika perlu menggunakan ojek, yang
banyak mangkal dimulut Gang.
Marilah kita selalu berhati-hati. Terutama ketika
berada dilingkungan baru, yang padat lalin, dan kita belum hafal dengan rambu
atau jalur pemisah jalan.
Pasar Senen memang ramai. Disiang hari padat sekali,
tetapi malam hari ada bahaya lain yang perlu dikenali jauh-jauh hari.
Jalan layang yang memberikan
kemudahan bagi kendaraan lurus, diujung tanjakan paling bawah, ada masalah.
Terutama pada sisi utara, yang berdekatan dengan jalan Wahidin.
Pemisah jalan yang membatasi jalan ke
jembatan layang dengan jalan yang akan menuju ke Cempaka Putih, terbuat dari
beton-cor. Warnanya abu-abu, tanpa warna hitam-putih....tanpa lampu penerangan
dan bahkan tanpa pemantul cahaya.
Nah..., bagi penghuni baru kota
Jakarta, situasi itu harus dikenal baik-baik. Lebih-lebih yang terpaksa harus
berkenalan dengan Pasar-Senen. Melewati jalan itu dengan kecepatan tinggi
dimalam hari, sebaiknya jangan terlalu ambil jalur kiri. Karena disebelah kiri
ada beton-cor pemisah jalan setinggi +/- 90Cm...(waktu itu th 2004).
Komentar
Posting Komentar