OH, IBU LIHATLAH!
CERITA dalam tulisan ini terjadi ketika aku masih single,
baru masuk bekerja di sebuah Instansi Pemerintah di Kota Samarinda.
Judul dari
tulisan ini adalah baris awal sebuah lagu, yang sering kugunakan untuk
mengganggu seorang gadis cantik, yang sering keluar masuk ke kantorku, di tahun
1977. Lagu tersebut dinyanyikan oleh NIEN LESAMANA, berjudul SI-BAJU HIJAU.
Yang kumaksudkan baru adalah, aku dan angkatanku lainnya
baru bekerja kurang dari 4 tahun. Mengapa ukurannya kok 4 tahun? Angka tersebut
menyangkut kenaikan pangkat dan gaji dan biasanya ada penerimaan baru lagi.
Dengan adanya pegawai yang baru lulus test, tentu kami
bukan lagi orang baru. Kami sudah berhak menyandang gelar pegawai lama walaupun
baru 4 tahun.
Sejak pertama masuk bekerja sebagai pegawai, aku ditempatkan
di loket penerimaan APBN. Kerjanya menerima/melayani para penyetor penerimaan
negara, dan menata-usahakan.
Entah kapan waktu tepatnya, tetapi sekitar tahun 1977, ada
sebuah instansi yang kepemimpinannya menjadi satu dengan kantorku tersebut. Akibat dari itu, pegawai dan orang-orang yang berkepentingan dengan kantor
tersebut, yang letaknya di sebelah barat kantorku sering mondar-mandir dilorong
depan loket tempatku bekerja.
Awalnya aku kurang memperhatikan, karena frekuensi orang
yang lewat dimuka loketku terlalu banyak. Namun, lama-kelamaan aku menyimak
bunyi pintu yang mengarah ke ruang kepala kantorku terlalu sering dibuka orang.
Bermula dari itu, aku menjadi tertarik untuk memperhatikan
siapakah yang selalu membuka pintu tersebut. Setiap kali pintu terbuka, kulihat
ada seorang gadis membawa setumpuk Map dan tak lama lagi iapun keluar.
Kira-kira 2 jam berikutnya ketika pintu yang berderit itu
terbuka, ia masuk dan keluarnya membawa Map yang tadi pagi ia bawa masuk.
Semula, aku yang hanya memperhatikan keluar dan masuknya,
mulai meningkatkan perhatian dengan memperhatikan Gaun yang ia kenakan. Gaun
yang ia pakai memang tidak seperti umumnya gadis di tahun 2011 ini.
Waktu itu modelnya, panjang hingga 10 Cm di bawah lutut,
berwarna polos ( Merah Hati, Biru, Putih dan Hijau).
Melihat warna-warna dasar yang ia pilih sebagai warna
favorit itu, keusilanku bangun.
Ketika ia mengenakan warna merah, Kunyanyikan sebuah lagu
dari Koes Plus “Baju Merah”. Liriknya
kira-kira begini: Baju merah...baju merah... siapa namanya. Baju merah..baju
merah siapa yang punya. Demikian dan seterusnya.
Ketika ia mengenakan baju Biru, akupun ganti lagu. Lagu itu
lagu Pop tahun 60an, yang dinyanyikan oleh Pepen.
Jika ia mengenakan baju Putih, akupun tak ketinggalan
menggodanya dengan sebuah lagu karya Ismail Marzuki, berjudul Mawar-Putih.
Liriknya begini, Mawar Putih yang cantik...Hatiku
rindu..Bila kau kupetik satu..Di tangan jadi layu.
Aku tak pernah berkenalan secara langsung, karena aku masih
takut untuk menikah. Tetapi kegiatanku mengganggu si dia dengan lagu-lagu
klasik berlangsung terus.
Dari semua lagu yang kupakai menyanyi dan menggodanya ada
satu yang sering ku-ulangi meskipun ia tak mengenakan warna Hijau. Yaitu lagu
“Si Baju Hijau.
Ini dia syair-nya:
Oh Ibu lihatlah, lihat si Baju Hijau
Lalu di depan rumahku o o o
Dia Si Baju Hijau
O..Ibu lihatlah lenggang tangannya dia
Serta gerakan badannya ooo
Sangat menarik hati
Reff: Siapa itu dia Si Baju Hijau
Lalu di depan rumahku
Siapa itu dia manis senyumnya
Sangat menarik hatiku.
Tapi sayang – sayang, 1000 kali sayang
Datangnya sepintas lalu o o o
Dia Si Baju Hijau.
Akibat terlalu sering mengganggu, akhirnya dia nembak saya.
Karena aku belum punya niat untuk itu, dengan segala kerendahan hati aku mohon
dima’afkan.
Siapakah gadis itu? Hingga sekarang aku tidak pernah tahu
siapa nama lengkapnya. Yang kutahu hanya satu kata “ATIK”.
Tetapi aku sangat bersyukur bahwa diapun mau mengerti
diriku, dan sebelum aku merried, ia lebih dulu menikah dengan seorang
terpandang di sana dan seorang Insinyur. Itu dia.
08/02/2011
18:34:02
Komentar
Posting Komentar