Langsung ke konten utama

John Yang ke Lima


Pesta Di Stasiun Radio Swasta.
Di suatu malam minggu sesudah kami ujian akhir, aku dan teman-teman dengan berkendaraan sepeda masing-masing pergi menuju ke kota. Kami berjalan dari ujung jalan ke ujung jalan lainnya sambil memilih atraksi yang menyenangkan. Manakala telah terasa jemu, kami pindah ke tempat lain.
Dari situasi kota yang demikian ramai sesudah senja sampai hampir tengah malam kami hilir mudik.
Demi menghindari saling kehilangan teman, kami bersepakat bahwa sebelum pulang bersama-sama, kami berkumpul dulu di sebuah gedung Bioscope.
Tanpa kami sadari, sebuah stasiun Radio Swasta yang berlokasi di samping gedung Bioscope tersebut sedang berulang tahun. Banyak hidangan makanan dan minuman yang tersisa setelah para tamu bubar. Salah seorang dari kami berinisiatif untuk melihat-lihat Stasiun Radio itu dari dekat, siapa tahu dapat mengirim sebuah lagu kepada teman lainnya.

John-1 : John, kita ke Stasiun Radio itu yuk!
John-2 : Paling lagunya itu-itu lagi
John-1 : Tak apalah, yang penting kita pernah masuk ke sana

Itulah percakapan dari dua orang dari kami yang telah lebih dulu memutuskan untuk pulang. Ada kebiasaan dari kelompok kami bahwa kami harus memanggil satu dengan yang lain dengan panggilan “John”.
Sementara itu, tiga orang lainnya masih gentayangan nonton pertunjukan yang digelar di sepanjang Trotoar sambil berpindah-pindah.
Tak lama dari dua orang John yang pertama masuk ke Stasiun Radio Swasta, datanglah dua orang lagi masuk kesana. Mereka tahu karena Sepeda kami ada di halaman.
Setelah lama kami tidak juga makan, pemilik Stasiun itu mempersilakan kembali kepada kami untuk makan dan minum sesukanya. Padahal seorang dari kami belum datang. Akhirnya seorang John tertinggal di luar sana tanpa mengetahui kemana 4 orang lainnya pergi.
Akhirnya John ke lima itu sampai juga di depan Stasiun Radio tersebut, dan ketika ia mengintip ke dalam tampaklah teman-temannya sedang makan malam gratis. John ke lima itupun masuk dan ikut makan. Tetapi tiba-tiba ia berhenti dan bertanya.
John-5 : Ini masakan kok aneh ya?
John-1 : Aneh gimana?
John-5 : Dagingnya terasa enak, tetapi kuahnya mengapa hambar? Seperti air putih dan amis!

      Pertanyaan itu membuat seorang diantara keempat John tidak dapat menahan dirinya dari aksi “Tutup Mulut”, maka berhamburan keluarlah nasi yang di dalam mulutnya bersamaan dengan bunyi tertawa yang meledak.
      John ke lima yang merasa telah dikerjai, tanpa komentar pergi keluar dan meninggalkan teman-temannya.
      Esok harinya salah seorang yang merencanakan kejadian itu meminta ma’af dan mengatakan kepada John ke lima, bahwa daging yang dimakan semalam benar masakan yang masih layak untuk dikonsumsi. Tetapi air kuah yang ada di sana sebenarnya adalah air bekas cuci tangan.
John-5 : Keterlaluan kamu John! Aku malam itu lapar sekali. Yang lain bolehlah saling ngerjai, tetapi kalau makanan ya jangan. Kalau aku sakit gimana?
      Akhirnya keempat John lainnya meminta ma’af kepada John ke lima.

29/01/2011 10:18:01

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTO DAN CERITA dari Sungai Karang Mumus

Di atas itu adalah foto-foto selama menyusuri Sungai Karang Mumus di Samarinda.Perjalanan dilakukan dengan naik perahu kecil dengan penumpang 3(tiga) orang termasuk pemilik perahu, pada tanggal 18 Pebruari 2018.

TERBANG MALAM BERSAMA SEORANG DEWI

09/05/2017 8:55:36 Cerita ini hampir mirip dengan nonton film tiga dimensi, atau bahkan seperti cerita dalam Mahabharatha, dimana nama tokoh penulisnya ada didalamnya. Yaitu Mpu Valmiki. Miripnya dengan film tiga dimensi, benda-benda yang jauh tampak kecil. Dan manakala kami bagaikan terbang mendekati sesuatu objek, maka objek itupun tampak membesar. Pergerakan yang cepat menimbulkan desau angin yang kuat. Dan ketika kami diam disuatu tempat yang tinggi, awan tampak bergerak berarak-arak. Benar-benar seperti dongeng. Sayang sekali aku tidak bertanya, atau tidak dapat bertanya tentang siapa dia. Dia seolah menunjukkan kepadaku, betapa indahnya alam raya diluar Bumi ini. Sebentar berhenti, melihat kebawah. Dibawah sana tampak kendaraan roda 4 sedang bergerak beriring-iringan dijalan yang padat. Seolah memberikan pelajaran kepadaku, alangkah luasnya angkasa raya ini, dan tanpa macet. Yang masih kuingat busananya, dia menggunakan kain penutup badannya dengan warna seperti pela

LUDRUK MARHAEN KEBANGGAAN PARA SENIMAN JAWA-TIMUR

LUDRUK MARHAEN, WHERE ARE YOU. . . ? ? ? Keseniaan apapun namanya, akan menghinggapi kalbu setiap insan. Dari meniup seruling bambu, menirukan lagu-lagu pop yang populer saat tertentu, hingga serampang 12 pernah kuikuti. Belakangan hari, sebelum saya benar-benar jompo,   tinggal satu seni yang aku dapat mengikuti latihannya, yaitu seni memukul bola tennis. Tetapi dari sekian banyak jenis kesenian itu, kini ada yang hampir punah, atau bahkan telah benar2 punah.LUDRUK...! Aku memilih seni Ludruk ini menjadi bahan tulisan pendek, karena pagi ini +/- pk 07.00 kubuat status di facebook, yang menyangkut Seni Ludruk, Ketoprak Siswo-Budoyo, Film Tiga Dara th 1957 dan Ketoprak Mataram dengan Cokro-Jiyo nya. Ludruk adalah kesenian rakyat, seni pentas yang amat dekat dengan kehidupan rakyat kecil. Terutama warga Jawa Timur, kesenian ini bukan sesuatu yang asing. Disukai karena disamping adegan lawak yang tidak ada putusnya pada semua adegan, juga seolah-olah semua lawakan i